Enam bulan kemudian setelah kejadian itu Jeje pun
mengakhiri kelas 1 SMA-nya karena ia telah naik kelas. Kelas 2 SMA yang ia
idamkan walaupun tidak ada Raka lagi disampingnya. Suasana gaduh pun terdengar
ketika diumumkan bahwa 2 minggu ini mereka akan libur.
Tiba-tiba
ia merasa ada yang memegang pundaknya dan ia pun menoleh.
“Eh
Dimas .”
“Hai
Je ! Selamat ya kamu sudah naik kelas. Owh ya kamu udah denger cerita tentang
Raka yang menghilang beberapa bulan ini ?”
“Ya
sama-sama Dim . Kabar tentang Raka ? Aku belum denger sama skali ? Emang Raka
kenapa Dim ?”
“Gue denger-denger sih Raka kecelakaan
dan orang tuanya juga gak mau kasih tau yang jelas tentang kenapa Raka bisa
kecelakaan. Tapi itu sih gue cuma denger-denger aja.”
Tubuh Jeje bagai tersambar petir
ketika mendengar cerita Dimas.
“Je loe kenapa ? Kok diem gitu ? Ada
yang salah ya dari omongan gue tadi ?”
“Ng..ng..ngga apa-apa kok. Gue cuma
baru tau aja. Oh ya thanks ya buat informasinya Dim ! Bye.”
“Ya sama-sama Je. Bye juga.”
Setelah mendengar informasi yang ia
dapatkan dari Dimas, ia pun berlari sekencang-kencangnya sampai akhirnya ia
terjatuh di taman.
“Awhh …”
Tiba-tiba ia melihat tangan dari
sampingnya. Kemudian ia raih tangan itu.
“Kamu gak kenapa-kenapa kan?”
Tiba-tiba
sesosok cowo yang ia kenal menolongnya secara tiba-tiba. Tetapi ia lupa pernah
bertemu cowo itu dimana. Dia terus termenung sampai akhirnya.
“Hello
??” Kata cowo itu sambil melambaikan tangannya di depan Jeje.
“Eh
ia ia aku gak kenapa-kenapa kok.”
“Tadi
kamu kenapa diam aja pas aku tanya? Ada yang luka ya?”
“Ngga
kok beneran aku gak kenapa-kenapa. Beneran.”
“Kenapa
muka kamu merah ? Terus ada air mata di pipi kamu ? Kamu lagi berantem sama
pacar kamu ya ?
“Emm
nggak , aku gak punya pacar kok.”
“Owh
ya udah deh aku pergi dulu ya bye.”
“Eh
tunggu-tunggu! Makasih ya buat yang tadi.”
“Ya
sama-sama kok. Tadi kebetulan aja aku lewat sini.”
“Oh
ya satu lagi aku mau tanya boleh?”
“Boleh
kok. Mau tanya apa?”
“Nama
kamu siapa?”
“Oh
mau tanya itu aja. Nama aku Igo. Kalau nama kamu?”
“Panggil
aja aku Jeje.”
“Okeh
deh Jeje sampai ketemu nanti ya! Nie no HP aku, kamu simpan ya!” Igo berlari
setelah ia memberikan no HPny kepada Jeje.
Jeje
pun senyum-senyum sendiri dari taman sampai tiba kembali di rumahnya. Jeje
sampai tak mengingat bahwa ia tadi sedang mengangis karena teringat Raka. Dan
di rumah mama sampai dibuat terheran-heran oleh sikap Jeje.
“Je,
kamu kenapa sayang ?” Tanya mama heran.
“Gak
apa-apa kok mamaku sayang, muaacchh…” Jeje menjawab dengan riang dengan mencium
pipi mamanya.
“Ih
bau kamu sayang, udah sana mandi dulu, terus makan ya mama udah siapin makanan
buat kamu.”
“Ok
mamaku sayang.” Jeje pun segera berlari ke kamarnya, kemudian mandi dan makan
bersama mama dan papanya. Dan tak lupa memasukkan nomor telfon Igo ke
handphonenya.
Igo
membawa Jeje ke dalam kehidupan baru , sampai Jeje tidak mengingat Raka kembali
. Jeje sangat mengerti kenapa di kehidupan ini ada yang hilang , datang ,
tetapi tiada kembali . Di dalam lubuk hati Jeje sebenarnya ia masih sangat
merindukan Raka , sahabat yang slama ini slalu bersamanya kapanpun , dimanapun
, dalam keadaan apapun . Tetapi sekarang menurut Jeje , buat apa terus berlarut
dalam kesedihan , toh ada orang yang mewarnai hidupnya sekarang , yaitu Igo .
***