Air Mata
Di suatu
perumahan yang berada di dekat kota, terdapat sepasang suami istri yang baru
dikaruniai seorang anak perempuan yang lucu dan menggemaskan. Dan ditengah
kehangatan sebuah keluarga itu, sepasang suami istri itu pun berbincang.
Ibu : “Yah, kelak nanti, anak kita ini akan menjadi
perempuan yang kuat dan tegar.”
Ayah : “Seperti ibu”.Sambil tersenyum.
18 tahun
kemudian.
Cika : “Ibu, aku udah telat nih harus cepat-cepat ke
terminal, bisnya berangkat 10 menit lagi” Sambil merapikan tas dan bergegas.
Ibu : “Ia nak, hati-hati di jalan yah, kabari ibu
kalau sudah sampai disana.”
Cika pun mencium
tangan ibunya dengan terburu-buru, dan langsung berlari ke luar rumah.Tetapi
beberapa saat kemudian, karena terburu-buru Cika pun tidak terlalu memperhatikan
jalan dan sebuah mobil pun menabrak tubuhnya dan Cika pun tak sadarkan diri.
Cika pun dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan
penanganan khusus.Tak lama kemudian orangtuanya pun datang dan langsung bertemu
dengan dokter.
Ibu : “Bagaimana keadaan anak saya dok?” Tanya ibu
dengan rasa khawatir dan takut jika terjadi sesuatu terhadap anaknya.
Dokter : “Begini bu, anak ibu mengalami benturan
yang cukup keras pada kakinya, dan saya tidak menjamin kaki anak ibu pada saat
ini tidak dapat digerakkan.”
Ibu : “Apakah itu berarti anak saya mengalami
kelumpuhan dok?” Tanya ibunya sambil menangis.
Dokter : “Tapi ibu tenang saja saya akan membantu
semaksimal mungkin agar anak ibu dapat sembuh.”
Ibu : “Terimakasih dok.”
Setelah Cika
dipindahkan ke ruang perawatan orangtuanya pun melihat keadaan Cika yang
sebenarnya. Ibu langsung kembali terisak setelah melihat keadaan Cika, dan ayah
pun menenangkan ibu.
Ayah : “Sudah
bu, tidak usah terlalu dipikirkan Cika sekarang sudah baik-baik saja.”
Sambil memegang pundak ibu.
Ibu : “Ia yah, tapi hati ibu tidak kuat yah melihat
keadaan anak kita saat ini.”
Ayah : “Berdoa saja bu, Tuhan pasti memberikan yang
terbaik untuk anak kita nantinya.” Ayah pun merangkul ibu.
Ibu : Terbatuk-batuk.
Ayah : “Ibu tidak apa-apa? Ibu harus menjaga
kesehatan walaupun Cika sakit. Kita makan dulu bu.”
Ibu : “Ya yah.” Ibu pun menyembunyikan rasa
kesakitannya yang teramat sangat.
Beberapa
saat kemudian Cika pun tersadar dan tidak mengetahui keadaannya yang tidak baik
sekarang.
Cika : “Ada dimana aku sekarang?” Cika terus
bertanya-tanya dalam hati.
Tubuhnya
terasa semakin sakit, ia tak tahu apa yang terjadi, mengapa kakinya tidak dapat
digerakkan untuk turun dari tempat tidur. Dan beberapa saat kemudia ayah dan
ibu pun memasuki kamar itu. Dan tersenyum ketika melihat Cika terbangun
walaupun tubuhnya masih sangat lemah.
Ibu : “Kamu sudah bangun sayang? Sudah tidak perlu
terlalu banyak bergerak dulu ya, ibu dan ayah akan terus disini menemanimu.”
Ayah : “Ya kamu sekarang harus istirahat dulu ya sayang.”
Cika : “Kakiku kenapa bu? Kenapa tidak dapat
digerakkan sama sekali? Apa ada yang salah?” Cika khawatir melihat keadaannya
sendiri, ia takut, yang ia pikirkan ia takkan bisa jalan kembali seperti sedia
kala.
Ayah
dan ibu saling berpandangan, Mereka khawatir jika Cika terpuruk mendengar
keadaan kakinya yang lumpuh.
Cika : “ Jawab aku! Ayah! Ibu! Jawab! Kenapa aku!??”
Ayah : “Kamu baik-baik saja sayang.”
Ibu : Menahan tangisan yang keluar dari sudut
matanya.
Akhirnya
dokter pun datang, dokter memecahkan ketegangan dan kekhawatiran yang terjadi
diantara anak dan orangtua ini.
Dokter : “Permisi…” Dokter pun memasuki kamar dan
mendekati Cika.
Ayah : “Ini dokter yang merawat kamu.”
Cika : “Ya, aku tahu, tapi boleh kan dok aku
bertanya? Kenapa kakiku tidak dapat digerakkan, dan rasanya sakit sekali.” Cika
pun menangis karena tak tahu apa yang membuat kakinya tidak dapat digerakkan.
Dokter : “Kakimu, hhmmm, kakimu hanya kaku, nanti
juga dapat digerakkan kembali, percayalah.” Dokter pun tersenyum dan berbohong
pada Cika untuk sementara, karena tak tega melihat keadaan Cika sekarang.
Cika : “Benarkah dok?” Senyum Cika pun terkembang di
pipinya itu.
Dokter : “Ia, oh ya Cika bolehkah aku berbicara pada
orangtuamu dulu sebentar?”
Cika : “Ya, boleh kok dok.”
Senyum
Cika pun terkembang, dia sudah mulai tersenyum kembali, di sisi lain dokter dan
orangtuanya terlihat tegang karena sebenarnya apa yang dibicarakan dokter hanya
untuk membuat Cika tidak terluka dan malah jika dokter jujur ia akan membuatnya
semakin tertekan.
Ibu : “Ini apa dok?”
Dokter : “Ini hasil ronsen kaki Cika, dan sepertinya
kemungkinan terburuk adalah Cika akan lumpuh.”
Ibu : “A..paa? Lumpuuhh dokk?”
Dokter : “Ia, tapi saya dan yang lain akan
semaksimal mungkin membantu Cika dan membuat Cika sembuh kembali.”
Ayah : “Apa yang harus saya lakukan dok agar anak
saya kembali sembuh?”
Dokter : “Cara satu-satunya itu mendonorkan syaraf tulang
yang sama dengan Cika, tapi itu sangat sulit dicari, tapi saya akan mencoba
mencarinya, jika syaraf Cika tidak diganti ia akan lumpuh kemungkinan
selamanya.”
Ibu : “Tidak, Cika tidak boleh lumpuh! Yah anak
kita.”
Ayah : “Tenang ibu, ayah pasti akan melakukan apa
saja untuk anak kita.”
Setelah
perbincangan itu, ibu kembali ke kamar dimana Cika dirawat.
Cika : “Bagaimana bu?”
Ibu : “Tenang saja sayang semua baik-baik saja.” Ibu
tersenyum dan memeluk Cika.
Beberapa
hari setelah itu, Cika mendengar pembicaraan yang membuat ia terpuruk.
Dokter : “Sepertinya anak anda akan lumpuh untuk
selamanya pak, karena tidak ada syaraf tulang yang sama dengan Cika, saya sudah
mencarinya ke seluruh rumah sakit pak, tapi hasilnya tidak ada..”
Ayah : “Jadi dokter tidak mau menolong anak saya?”
Dokter : “Bukan begitu pak, saya sudah berusaha
mencarinya semaksimal mungkin, tapi donor syaraf tulang itu sulit untuk
ditemukan pak.”
Ibu
pun datang mengahampiri ayah dan dokter.
Ibu : “Ibu yang akan mendonorkan syaraf ibu yah,
untuk Cika. Itu bisa kan dok?”
Dokter : “Bisa bu, tapi kemungkinannya kecil syaraf
tulang ibu cocok dengan syaraf tulang Cika.”
Ibu : “Periksalah saya dulu dok, saya akan melakukan
apa pun untuk membuat anak saya sembuh kembali.”
Ayah : “Bu..”
Ibu : “Tenang saja yah, anak kita pasti akan
mengerti semuanya.”
Setelah
dokter memeriksa ibu Cika, ibu Cika pun pergi melihat anaknya di ruangannya.
Ibu : “Sayang, kamu kok belum tidur?”
Cika : “Ibu berbohong padaku kan! Semua berbohong!”
Ibu : “Dengerin Ibu dulu, ini semua enggak seperti
yang kamu kira sayang.”
Cika : “Cika gak akan percaya lagi sama ibu, ayah,
atau dokter! Cika ini cacat! Lumpuh!”
Ibu : Ibu terbatuk-batuk.
Cika : Mencoba berdiri dan menolong Ibunya, tetapi
ia malah terjatuh dari tempat tidurnya.
“Cika enggak bisa menolong Ibu! Cika anak yang
enggak bisa Ibu banggain! Cika Cuma bisa susah Ibu dan Ayah!”
Ibu : “Enggak sayang, kamu pasti sembuh, dan Ibu
sangat bangga sama Cika.”
Cika : “Cika udah tau kok semuanya, Cika lumpuh, gak
berguna, Cika enggak akan bisa sembuh, Cika bukan anak Ibu yang membanggakan
ibu…”
Ibu : “Jangan nangis sayang, Ibu akan berusaha agar
kamu bisa sembuh lagi.”
Cika : “Cika enggak berguna!”
Ibu
langsung memeluk Cika dalam dekapan kasih sayang ibu yang sangat menyayangi
anaknya. Hingga mereka berdua menangis bersama-sama.
Setelah
kejadian itu, Cika menjadi ceria kembali, dia sekarang tidak lagi menyalahkan
siapa pun dan tidak malu dengan keadaannya yang lumpuh sekarang. Tetapi ia
masih harus dirawat untuk memulihkan tubuhnya hingga benar-benar sehat kembali.
Suster : “Permisi…waktunya untuk diperiksa mbak.”
Cika : “Ya sus…”
Suster : “Apa sudah baikan mbak Cika?”
Cika : “Sudah sus, jadi kangen rumah.” Cika pun
tersenyum simpul.
Suster : “Berdoa saja ya mbak Cika, sepertinya mbak
akan sembuh sebentar lagi, saya mendoakan mbak kok.”
Cika : “Terimakasih sus atas doanya.”
Suster : “Ya mbak sama-sama, saya keluar dulu ya.”
Cika : “Ya sus.”
Dokter
pun membawa kabar gembira untuk Cika. Karena ada yang mendonorkan syaraf tulang
untuknya.
Dokter : “Cika, dua hari lagi kamu akan dioperasi,
agar kamu dapat berjalan kembali, kamu mau?”
Cika : “Mau dok! Dokter tidak bohong kan?”
Dokter : “Tidak, kamu akan berjalan kembali.”
Cika : “Terimakasih dok.” Senyuman pun kembali
mengiringi wajah Cika.
Hari
operasi pun tiba, dan Cika sangat menanti hari ini.
Paska-Operasi,
Cika pun dipindahkan keruang rawat biasa untuk pemulihan, dan perlahan-lahan
membaik,tetapi Cika tidak tahu siapa pendonor syaraf tulangnya.
Cika: “Bu, Cika sudah sembuh”
Ibu: “Iya nak, Ibu senang sekali, sekarang kamu akan
bisa berjalan lagi”
Cika: “Aku sayang Ibu.”
Ibu : “Ya Ibu juga sangat sayang sama Cika.”
Ayah: “Ayah senang sekali melihat kamu bisa
tersenyum lagi.”
Cika;
“Terimakasih Ayah.”
Tanpa
sepengetahuan Cika, Ibunyalah yang telah mendonorkan syaraf untuknya.
Ibunya hanya bisa bertahan sebentar, Cika pun
memeluk Ibunya, dan tiba-tiba..
Ibu: “Ohok, ohok !!”
Ibunya
terbatuk-batuk, dan mengeluarkan darah..dan pingsan..
Cika: “Ibu, Ibu kenapa Ibu kenapa bu, Ibu bangun,
Ibu bangun !!!”
Ayah: “Bu, Ibu kenapa bu, Ibu bangun !!”
Tanpa
sepengetahuan Cika dan Ayah, Ibu mengidap penyakit Leukimia, Ibu tak pernah
bercerita kepada siapapun, termasuk kepada Ayah dan Cika..
Cika: “Dokteerr, Dokter !! Tolong Ibu saya Dokter,
Ibu saya pingsan Dok..!”
Dokter
pun segera memeriksa Ibu Cika, tapi Ibunya sudah tiada..
Dokter : “Maaf Cika, Ibumu telah tiada.”
Cika : “Enggaaaak,, ga mungkiin !!”
Mereka
yang berada disitu pun menangis, tanpa disadari ternyata Ibunya membuatkan
ucapan terakhir yang dibuat di kertas surat, yang ditaruhnya diatas meja dan
Cika pun membacanya..
Teruntuk Cika
sayang,
Maaf Ibu tak
dapat menemanimu
Bidadari kecilku
Kebanggaan Ibu
Bukan Ibu tak
ingin melihatmu kembali berjalan
Tetapi penyakit
Ibu ini membuat kita terpisah jauh
Diantara ruang
dan waktu
Ibu mendonorkan
syaraf Ibu untukmu
Ibu percaya kau
akan bisa menatap dunia lebih indah daripada Ibu
Jadilah kuat
bidadari kecilku
Jadilah kuat
untuk Ibu
Bidadariku,
Fransiska Anastasya.
By : Vita Asrini